Mojokerto | Padepokan singaliar Majapahit yang bemarkas di desa ngembeh kecamatan dlanggu, Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur.
Didalam acara tutup bulan suro tahun ini berbeda dengan biasanya, mungkin karena masih pandemi covid -19.
Pada tahun Sebelumnya biasanya menggelar karnaval dan pertunjukan wayang, namun kali ini tidak dilakukan.
Padepokan singaliar kali ini menggelar acara sarasehan dan tumpengan sebagai lambang rasa syukur pada yang kuasa.
Untuk menelusuri dan mengungkap keberadaan situs punden di setiap daerah atau desa khususnya di Mojokerto, Padepokan singa liar bersinergi dengan GEMINDO (Generasi Indonesia Cerdas Demokrasi) dengan menggandeng dinas perpustakaan dan kearsipan, dinas pendidikan, dinas pariwisata kepemudaan dan olah raga kabupaten Mojokerto adakan sarasehan Penelusuran dan penulisan – situs punden sebagai bahan baca masyarakat.
Dalam acara kali ini juga di dukung oleh komunitas penulis Majapahit, ikatan pengelola perpustakaan indonesia, LMBN-NKRI Mojokerto.
Di masa pandemi ini untuk membantu program pemerintah untuk tetap menjaga dan memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah atau terhindar dari Covid-19 dari kepala dinas perpustakaan Mojokerto Bpk Ustadhi Rois juga turut membantu membagikan masker kepada peserta sarasehan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.
Dengan tidak meninggalkan rasa patriot kebangsaan acara di awali dengan menyanyikan lagu kebangsaan indonesia raya yang diikuti oleh seluruh peserta sarasehan, selanjutnya di lanjutkan sambutan yang di buka oleh ketua singa liar Majapahit ki gitut hari utomo.
“Rahayu rahayu rahayu sugengdumadi Terima kasih kepada semua keluarga besar singaliar tang telah hadir kepada dinas terkait yang berkenan hadir dan dari teman-teman media, LSM, aktifis, yang mau bersinergi membahas dan membuka kebenaran cerita situs atau punden yang nantinya di jadikan tulisan sebagai wadah baca masyarakat”Ungkapnya.
“Kalau dulunya tidak ada punden atau makam pada akhirnya tiba-tiba ada itu yang harus di luruskan karena itu nantinya cerita buat anak cucu kita yang keliru atau salah atau bahasa kasarnya pembodohan publik mangkanya yang perlu di luruskan kita luruskan contoh kayak di trowulan atau sitinggil pada zaman nenek atau mbah saya dulu saya di ajak bawa sepedah engkol ke trowulan kesitinggil dulu itu tidak ada bangunan swperti itu cuma hanya hundukan tanah saya tanya kepada kakek saya itu apa si kek kog ada tanah munduk, itu yang di namakan sitinggil tanah yang munduk dan waktu itu masih belum ada makam- makam seperti sekarang dan macam-macam hal seperti itulah yang harus di luruskan dan swmoga dengan adanya sarasehan bisa terwujud tulisan buku nantinya”, Tambahnya.
Ketua umum generasi muda Indonesia cerdas demokrasi (GEMINDO) Supriyanto atau ilyas sebagai penggagas kegiatan ini dalam sambutannya mengatakan, “Saya sangat bersyukur karena kegiatan ini di dukung dan disuport oleh organisasi pemerintah dan beberapa elmen masyarakat, hal ini membuktikan bahwa semua ingin menjadi satu rukun dan menghargai para leluhur yang dulu sebagai pejuang-pejuang rakyat yang menyatukan Mojokerto sebagai bumi Majapahit dan oleh karena itu saya berharap hasil output kegiatan yang baik ini bisa bermanfaat bagi anak cucu kita sebagai penerus perjuangan di bumi Nusantara NKRI tercinta”, Ungkapnya. (Asmoroqondhi/pria sakti) JKTV Mojokerto Jawa Timur Melaporkan.