Penyusun : Supriyanto (ilyas) Ketua Umum Lembaga Suwdaya Masyarakat (LSM) Generasi Muda Indonesia Cerdas Anti Korupsi (GMICAK)
Siti Inggil (Situs Inggil) di Trowulan, Mojokerto, adalah sebuah situs bersejarah yang memiliki kaitan erat dengan pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
Meskipun dipercaya sebagai tempat menyimpan sebagian abu jenazah Raden Wijaya, para ahli arkeologi berpendapat bahwa situs ini sebenarnya adalah sebuah mandapa (bangunan berundak atau batur) yang digunakan untuk ritual dan upacara, bukan makam untuk jenazah secara fisik.
Sejarah dan kepercayaan : Petilasan Raden Wijaya: Siti Inggil diyakini sebagai tempat peristirahatan atau petilasan Raden Wijaya, raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Penyimpanan abu jenazah: Berdasarkan cerita turun-temurun, situs ini dipercaya sebagai tempat penyimpanan sebagian abu dari jenazah Raden Wijaya setelah dikremasi.
Fungsi ritual: Arkeolog menyatakan bahwa Siti Inggil lebih tepat dikategorikan sebagai mandapa atau batur, yaitu bangunan panggung yang digunakan untuk upacara atau ritual, dan bukan sebagai makam.
Kaitan dengan Patih Gajah Mada: Ada juga cerita masyarakat yang menyebutkan bahwa Siti Inggil merupakan tempat menggembala Patih Gajah Mada semasa kecil.
Kepercayaan dan kunjungan : Tempat mengabulkan doa: Situs ini dipercaya oleh sebagian masyarakat dapat mengabulkan doa yang berkaitan dengan jabatan dan kedudukan, sehingga banyak dikunjungi pejabat publik dan tokoh nasional.
Ritual: Situs ini juga ramai dikunjungi saat acara-acara tertentu seperti hari-hari besar keagamaan atau menjelang pemilihan umum.
Mata air untuk IKN: Siti Inggil juga menjadi salah satu dari tujuh mata air yang diambil untuk Ibu Kota Nusantara (IKN) karena nilai sejarah dan spiritualnya.
Lokasi : Situs Siti Inggil terletak di Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Dalam konteks sejarah Majapahit, Situs Sitinggil (Siti Inggil) di Trowulan, Mojokerto, lebih dikenal sebagai lokasi yang diziarahi untuk melakukan ritual spiritual atau keagamaan oleh masyarakat setempat dan peziarah.
Ritual-ritual ini didasarkan pada kepercayaan masyarakat lokal, bukan ritual resmi kerajaan yang tercatat dalam sejarah primer.
Fungsi dan Kepercayaan Seputar Situs Sitinggil
Masyarakat setempat dan para peziarah mengaitkan Situs Sitinggil dengan beberapa fungsi dan kepercayaan:
Tempat Ziarah dan Ritual Spiritual: Situs ini menjadi destinasi bagi orang-orang yang ingin melakukan ritual tertentu atau ziarah. Para pelaku ritual meyakini adanya hubungan antara ruang terbatas (tempat manusia) dan ruang tak terbatas (tempat Tuhan bersemayam) di lokasi tersebut.
Diyakini sebagai Makam Pendiri Majapahit: Terdapat keyakinan kuat di masyarakat bahwa situs ini merupakan makam dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, meskipun hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Keyakinan ini yang menjadi daya tarik utama situs ini sebagai tempat ritual.
Tempat Religius: Penemuan lain di sekitar area tersebut, seperti Sumur Jatimulya yang airnya dianggap suci, semakin menguatkan peran religius situs ini dalam kehidupan spiritual masyarakat hingga kini.
Secara ringkas, Sitinggil bukan tempat untuk ritual kerajaan formal yang terdokumentasi secara historis, melainkan sebuah situs yang berkembang menjadi pusat kegiatan spiritual dan ziarah berdasarkan kepercayaan dan tradisi lisan masyarakat setempat.
Menurut Supriyanto (ilyas) Ketua Umum Lembaga Suwdaya Masyarakat (LSM) Generasi Muda Indonesia Cerdas Anti Korupsi (GMICAK) : Tujuan Ziarah ke Situs Petilasan Raden Wijaya Sitinggil di Trowulan, Mojokerto, terutama didorong oleh nilai sejarah dan spiritualnya yang kuat terkait erat dengan pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya. Situs ini berfungsi sebagai destinasi wisata religi dan budaya, di mana para peziarah mencari koneksi spiritual dan menghormati leluhur.
Tujuan utama peziarah meliputi ; Menghormati Pendiri Majapahit: Situs ini diyakini oleh masyarakat setempat sebagai lokasi makam atau setidaknya petilasan (tempat persinggahan/pemandian suci) dari Raden Wijaya, raja pertama dan pendiri Kerajaan Majapahit. Ziarah dilakukan untuk menghormati jasa dan kepemimpinan beliau. (Tim Sembilan)






